Langsung ke konten utama

Mendidik Generasi yang Peduli Nasib Negeri

MENDIDIK GENERASI YANG PEDULI NASIB NEGERI

Pendidikan dan Kualitas Generasi

Generasi muda adalah aset sebuah bangsa.  Jatuh bangunnya sebuah bangsa sangat ditentukan oleh generasi mudanya.  Oleh karena itu, kualitas generasi muda harus dipertahankan pada titik optimal dalam menerima tanggung jawab peralihan generasi menuju terwujudnya kehidupan masyarakat yang makin baik.  Sebagaimana dipahami bersama, kualitas generasi sangat tergantung pada pendidikan yang diterima generasi tersebut.  Kualitas pendidikan yang baik menjamin terciptanya generasi yang mampu membangun negeri.  Sebaliknya pendidikan yang tidak bermutu, tidak akan mengantarkan generasi tersebut untuk siap menerima tanggung jawab mengurus masyarakat.  Oleh karena itu, diperlukan pendidikan yang tepat dan benar-benar akan membentuk generasi yang dapat memikul amanah mengurus urusan umat dengan baik. [...]

 

Namun demikian, tidak sembarang pendidikan mampu mengantarkan generasi sebagaimana yang dimaksud.  Pendidikan yang hanya melahirkan manusia cerdas dan baik secara pribadi tidak cocok untuk mengemban amanah mengurus urusan umat.  Sebab, yang diperlukan adalah manusia yang peduli dengan  urusan umat yang begitu komplek.  Oleh karena itu, pendidikan yang dimaksudkan adalah pendidikan yang tidak hanya mencerdaskan secara pribadi, namun pendidikan yang membekali kecerdasan dan kepekaannya pada tanggung jawab terhadap urusan umat.  Dalam kaitan inilah, pendidikan ‘politik’ adalah satu-satunya pendidikan yang mampu mengantarkan ke arah itu.
 

Hanya saja perlu diperhatikan makna politik dan pendidikan politik di sini.  Pendidikan politik bukan dimaksudkan sebagai pembekalan bagi generasi terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan kekuasaan.  Namun, pendidikan politik adalah pendidikan yang memberikan bekal kepada generasi tentang berbagai pengaturan urusan umat secara keseluruhan, baik menyangkut masalah politik pemerintahan, ekonomi, sosial, pendidikan, keamanan, maupun hubungan luar negeri dengan sudut pandang yang benar (berdasarkan aturan Allah Swt).  Pendidikan yang seperti inilah yang akan memberikan bekal kepada generasi untuk menyelesaikan berbagai masalah kemasyarakatan.  Dengan kata lain, pendidikan yang dmaksud adalah pendidikan politik Islam, bukan pendidikan politik sekuler sebagaimana yang dipelajari di sekolah-sekolah formal saat ini.
 

Pendidikan politik Islam memiliki peran yang sangat strategis.  Hanya generasi muda yang memahami politik secara benar yang akan mampu menerima tanggung jawab menyelesaikan masalah umat.  Untuk itu, diperlukan pendidikan (dan pembinaan) ‘politik’ yang terkonsep dengan baik, terarah dan  berkesinambungan, agar terlahir generasi yang memahami masalah ini secara benar.  Sebab, penguasaan ‘politik’ secara salah justru akan menghancurkan kehidupan masyarakat itu sendiri.

Pendidikan Membangun KepedulianPendidikan dalam rangka membangun kepedulian terhadap masalah umat telah diajarkan secara jelas oleh pemimpin kaum muslim sepanjang sejarah, Rasulullah Muhammad Saw.  Sebab, di samping sebagai nabi utusan Allah Swt., beliau juga mencontohkan diri sebagai sosok orang yang terjun dalam kancah politik.  Beliau adalah kepala negara sejak berada di Madinah.  Melalui peran inilah Beliau mendidik dan memberikan contoh secara langsung kepada kaum muslim tentang bagaimana mengurus masyarakat dan membangun kepedulian terhadap persoalan umat.
 

Beliau telah mencontohkan pendidikan yang benar kepada para shahabatnya.  Dari pendidikan Rasulullah Saw. tersebut lahirlah para pejuang muslim yang bukan hanya orang yang selalu tawadlu dan tunduk patuh pada aturan Allah Swt. namun juga selalu peduli bahkan cerdas serta mampu menghadapi dan menyelesaikan persoalan masyarakat.  Di malam hari mereka selalu khusyu’ beribadah dan mohon ampun kepada Tuhannya, sementara di siang hari mereka bekerja keras membanting tulang mengurus persoalan masyarakat.  Dalam sejarah Islam, Abu Bakar As-Sidiq, Umar bin Khathab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib adalah orang-orang yang mampu memimpin masyarakat hingga terkenal dengan julukan Al-Khulafaau Ar-Rasyidin.  Mereka juga terkenal sebagai orang-orang yang taat beribadah dan tunduk patuh pada aturan Allah Swt.  Itu semua terbentuk sebagai hasil pendidikan yang dilakukan Rasulullah Saw.
 

Kepemimpinan Rasulullah Saw. dalam masyarakat Islam saat itu juga menunjukkan bahwa betapa tanggung jawab mengurus masalah kemasyarakatan merupakan perkara yang sangat penting, bahkan menentukan kegentaran musuh-musuh Islam saat itu.  Dengan strategi politik yang benar, kaum kafir yang sebenarnya secara fisik kuat ternyata lemah secara politis di hadapan umat Islam.  Itu semua karena pengaturan urusan umat yang dijalankan benar-benar berlandaskan wahyu.  Tidak ada satu urusan masyarakat pun yang tidak diatur oleh Islam.  Demikian pula, umat pun selalu mengoreksi penguasa bilamana mereka menyeleweng dari aturan Allah Swt.  Itu berarti antara penguasa dan umat sama-sama memiliki kesadaran untuk peduli dan mengembalikan segala persoalan masyarakat kepada Islam.  Praktek inilah yang dicontohkan kepada para shahabat Rasulullah sehingga para shahabat memperoleh pendidikan yang sangat berarti tentang bagaimana mengurus masyarakat.

Peran Organisasi (Partai) Politik Islam Memang sangat menyedihkan nasib negeri ini.  Jangankan untuk memperoleh pendidikan yang membangun kepedulian pada nasib negeri.  Untuk mendapatkan pendidikan yang menyeluruh tentang beribadah yang benar dan beraqidah yang lurus saja masih mendapat ganjalan di sana-sini.  Minimnya pendidikan agama di sekolah formal menjadi penyebab utama generasi muda kurang mendapat pendidikan agama yang menyeluruh.  Ditambah lagi kurikulum dan metode penyampaian pendidikan yang memisahkan dengan persoalan keagamaan (sekuleristik).  Padahal andaikan saja metode penyampaian pendidikan umum selalu dikaitkan dengan agama tentu agama tidak akan terlalu asing bagi generasi muda.
 

Itu semua memang terjadi akibat kebodohan sebagian penguasa (penyelenggara negara) dalam mengatur masyarakat sehingga umat kurang mendapatkan pendidikan agama.  Padahal pendidikan agama yang menyeluruh dapat membangun kepedulian terhadap masalah-masalah umat.  Sebab, orang yang memiliki keimanan yang kuat tidak akan rela bila disekelilingnya terdapat kemungkaran, apalagi bila kemungkaran itu menimpa orang banyak karena dilakukan oleh pejabat negara.  Seorang muslim yang taqwa pun tidak akan pernah rela bila hukum-hukum Allah Swt. tidak dijalankan dalam masyarakat.  Oleh karena itu, semestinya dibangun sistem pendidikan yang shahih (benar) yang akan mengarahkan seluruh umat khususnya generasi mudanya peduli dan mau mengembalikan segala persoalan umat kepada aturan Allah Swt. 
 

Pendidikan tersebut wajib diadakan dan tak boleh ditunda-tunda lagi.  Target mengejar prestasi akademis akan terkatung-katung manakala berbagai persoalan kemasyarakatan tidak diselesaikan terlebih dahulu.  Sebagai ilustrasi, rendahnya kualitas akademik pendidikan nasional dengan melihat standar kelulusan UAN minimal bernilai 4.01 tidak bisa dipandang dari sudut kelemahan personal para siswa.  Bila di tengok lebih jauh, rendahnya kualitas akademi tersebut memang berkait dengan gaya dan perilaku hidup masyarakat kita yang sebagian besar masih hidup di bawah garis kemiskinan.  Maka wajar bila mereka tidak mampu mendapatkan fasilitas penunjang bagi kelancaran mengejar prestasi akademik tersebut.  Pendek kata, untuk hidup saja susah, apalagi mengejar prestasi akademik.
 

Semua itu menunjukkan bahwa persoalan masyarakat yang berkepanjangan justru akan menghambat segala usaha perbaikan yang kita lakuan.  Untuk itu, pendidikan yang memberikan bekal kepada generasi muda untuk mampu menyelesaikan persoalan kemasyarakatan tersebut harus menjadi titik berat dan pusat perhatian kita semua.  Selanjutnya, bilamana pemerintah selaku institusi yang bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan pendidikan kepada umatnya belum mampu melaksanakan tugas terebut, maka tanggung jawabnya harus dipikul secara bersama oleh seluruh komponen umat.  Sebab, semua ini termasuk bentuk amar ma’ruf nahi munkar yang diperintahkan Islam kepada seluruh umatnya.
 

Di sinilah peran organisasi dan partai politik untuk ikut terjun membina generasi muda dengan pendidikan yang menyadarkan umat terhadap persoalan masyarakat hingga mampu memberikan solusi terhadap persoalan tersebut.  Pendidikan seperti ini tidak melulu harus diperoleh melalui pendidikan formal.  Kenyataannya pun menunjukkan bahwa generasi yang memahami permasalahan umat dan solusinya menurut Islam justru lahir melalui pembinaan yang dijalankan oleh partai politik Islam (idiologis), bukan melalui pendidikan politik yang dijalankan negara.  Dengan pembinaan yang intensif dan kontinu terhadap semua permasalahan  umat, akan terbentuk kerangka yang benar (menurut aturan Allah Swt.) dalam menyesesaikan masalah masyarakat.
 

Sudah saatnya bagi kaum muslim kini untuk mengagendakan sistem pendidikan dalam rangka membentuk generasi yang peduli pada nasib negeri.  Pendidikan tersebut berupa pendidikan  politik Islam yang digali dari sumber-sumber yang shohih, yaitu al-Qur’an dan as-Sunnah.  Pendidikan seperti ini jauh berbeda dengan pendidikan politik yang bersifat normatif sebagaimana yang banyak diajarkan di lembaga pendidikan formal saat ini.  Sebab, hasil dari pendidikan ‘konvensional’ tersebut sudah nampak kini; tidak munculnya generasi yang mengerti politik Islam.  Bahkan orang yang selama ini dikatakan aktif terjun dalam bidang politik pun (misal yang menjadi anggota eksekutif maupun legislatif) tidak mengerti apa yang harus diperjuangkan. Itulah hasil pendidikan politik selama ini.
 

Sungguh hal ini menjadi tantangan yang berat bagi partai politik Islam idiologis untuk mengajak seluruh umat agar mengerti politik Islam.  Sebab, pada saat ini negara tidak berperan aktif dalam membina umatnya.  Sayangnya juga, masih ada sekelompok orang yang ‘curiga’ terhadap aktivitas pembinaan yang dilakukan oleh partai politik Islam tersebut.  Padahal, bila keadaan ini dibiarkan, sampai kapan kita akan berada pada keterpurukan.

PenutupNegeri ini membutuhkan pemimpin yang mampu membawa umat menuju kemuliannnya.  Untuk itu, pendidikan terhadap calon pemimpin harus dilakukan sedini mungkin.  Pendidikan yang benar akan melahirkan pemimpin yang berkualitas.  Pemimpin tersebut bukan hanya akan menyelesaikan berbagai masalah umat, tetapi sekaligus membawa negeri ini berada dalam keridhoan-Nya karena menerapkan Syari’at Islam.
 

Untuk itu, kaum muslim khususnya generasi muda harus sedini mungkin mempersiapkan diri dengan bekal pendidikan politik Islam.  Sungguh ini merupakan kewajiban bersama kita, baik umat maupun partai politik Islam idiologis untuk melahirkan politikus-politikus yang sholih; generasi yang bukan hanya peduli tapi mampu menyelesaikan persoalan umat, benar (sesuai syari’at Islam) dalam memandang persoalan dan memberikan solusi.  Selanjutnya ia akan mampu mengambil alih kepemimpinan umat menuju penerapan syari’at Islam secara kaaffah. [] Noor Afeefa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menanamkan Adab Bicara kepada Anak

Menanamkan Adab Bicara kepada Anak Di antara perkara yang cukup merepotkan orang tua dari tingkah laku anak-anaknya adalah kebiasaan buruk dalam berbicara.  Padahal berbicara adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan manusia.  Berbicara pula yang pertama-tama dilakukan bayi saat baru lahir, melalui tangisannya.  Dan betapa bahagianya sang ibu tatkala mendengar kata pertama yang diucapkan buah hatinya.  Selanjutnya, seiring perjalanan waktu, sang anak pun mulai tumbuh, berkembang, dan menyerap berbagai informasi yang diterimanya.  Saat itulah sang anak mulai banyak mengatakan segala sesuatu yang pernah ia dengar.  Sayangnya, tak jarang kebahagiaan ibu harus tergantikan oleh rasa prihatin terutama saat sang buah hati mulai berbicara tanpa adab, sopan santun, bahkan  bertentangan dengan syari’at.  Rasa prihatin kian mendalam bila ternyata meski anak sudah mulai menginjak usia baligh, adab berbicara justru semakin ditinggalkan.  Tak jarang ditemui mereka berani membanta

Sistem Islam Atasi Pergaulan Bebas

Sistem Islam Atasi Pergaulan Bebas Pergaulan bebas rupanya masih menjadi persoalan paling rumit khususnya bagi remaja.  ; Setidaknya mungkin itulah bentuk keprihatinan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi pada peringatan Hari Anak Nasional beberapa hari lalu.  Saking prihatiannya, menteri yang baru diangkat tersebut pun kembali melontarkan pernyataan nyeleneh, yaitu pacaran ‘sehat’.  Menurut beliau, dalam berpacaran harus saling menjaga, tidak melakukan hal-hal yang berisiko.  Masa remaja adalah masa yang tepat untuk membekali informasi, penguatan mental, dan iman dari keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar, sebelum mereka mulai aktif secara seksual (antaranews.com, 13/07/2012).  Sebelumnya beliau juga telah menyampaikan sebuah kebijakan kontroversi, yaitu kondomisasi yang ditentang keras oleh hampir seluruh komponen umat Islam. Berkaitan dengan penanggulangan masalah pergaulan bebas ini, beberapa waktu lalu, LPOI (Lembaga Persahabatan Ormas Islam) juga mengusulkan solu

Keluarga dalam Ancaman Kapitalisme

Keluarga dalam Ancaman Kapitalisme Tak dapat dipungkiri, kehidupan sekuler kapitalistik yang mendominasi kehidupan kaum muslim saat ini telah membawa petaka di segala bidang, tak terkecuali institusi keluarga.  Gambaran indahnya keluarga muslim sejati yang dijanjikan Allah SWT kini pudar tergerus oleh kejahatan kapitalisme.  Ideologi yang menjauhkan agama dari kehidupan ini telah sukses mengantarkan keluarga di ambang kehancuran.   Kapitalisme Biang Kerok Segala Persoalan Di antara persoalan paling menonjol yang ditimbulkan kapitalisme adalah kemiskinan.  Bahkan kemiskinan telah menjadi momok paling menakutkan sehingga sempat menipu sebagian kalangan yang ingin melakukan perubahan bagi masyarakat.   Saking beratnya, kemiskinan dianggap persoalan paling penting, sedangkan aspek yang lain kerap dikesampingkan.  Mengapa kapitalisme menghasilkan kemiskinan?  Tentu saja, karena teori ekonomi kapitalisme dibangun berdasarkan asumsi yang keliru.  Asumsi yang selalu ditanamka