Langsung ke konten utama

Menjadi Muslimah Pembela Islam

Menjadi Muslimah Pembela Islam
Oleh : Noor Afeefa

  
“Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (TQS Fushilat [41]:33)

Khilafah; kebutuhan dan kewajiban
Banyaknya persoalan yang menimpa kaum muslim -termasuk perempuan- saat ini diakibatkan oleh pengabaian terhadap hukum-hukum Allah SWT dan dibiarkannya umat hidup tanpa khilafah yang menjaga penerapan syariat Islam.  Oleh karena itu, umat wajib bersegera mewujudkan tatanan kehidupan Islam tersebut agar segera keluar dari keterpurukan.  Dalam tataran ini, khilafah adalah kebutuhan yang sangat urgen bagi
umat saat ini.  Sejalan dengan kebutuhan yang teramat mendesak tersebut, Allah SWT ternyata telah menegaskan adanya kewajiban bagi kaum muslim untuk nenegakkan khilafah sebagai jalan menuju kemuliaan umat. 
Kewajiban mengangkat seorang khalifah telah ditetapkan berdasarkan Al-Quran, As-Sunah dan Ijma’ Sahabat. Adapun penetapan berdasarkan Al-Quran, maka sesungguhnya Allah SWT memerintahkan Rasulullah Saw. supaya menjalankan pemerintahan di tengah-tengah kaum Muslim dengan apa-apa yang telah diturunkan kepadanya. Perintah-Nya tersebut bersifat pasti (Lihat QS. al-Maaidah [5]: 48, 49).
Seruan kepada Rasul tersebut adalah seruan untuk umatnya selama tidak ada dalil yang mengkhususkan bagi beliau saja. Dalam hal ini tidak ada dalil yang dimaksud, sehingga seruan tersebut ditujukan bagi seluruh kaum muslim untuk mendirikan pemerintahan.  Mengangkat seorang khalifah berarti mendirikan pemerintahan dan kekuasaan berdasarkan hukum-hukum Allah SWT.
Sedangkan penetapan berdasarkan As-Sunnah, Imam Ahmad dan Thabrani telah mengeluarkan hadits: “Dan siapa saja mati dan tidak ada bai’at di pundaknya, maka dia mati dalam keadaan jahiliyah”.
Dalam shahihnya, Imam Muslim dari Ibnu Umar berkata, aku mendengar Rasul saw bersabda:
“Siapa saja melepaskan tangan dari ketaatan kepada Allah, maka dia pasti akan bertemu Allah di hari kiamat dalam keadaan tidak memiliki hujjah bagi-Nya. Dan siapa saja mati dan tidak ada bai’at di pundaknya, maka dia mati dalam keadaan mati jahiliyah”.
Hisyam bin ‘Urwah meriwayatkan dari Abu Shalih dari Abu Hurairah yang menuturkan bahwa Rasul saw bersabda: “Setelahku akan ada para wali yang memerintah kalian. Lalu orang baik akan memerintah kalian dengan kebaikannya dan orang yang jahat akan memerintah kalian dengan kejahatannya. Maka dari itu, dengarkanlah mereka dan taatilah dalam hal-hal yang sesuai dengan kebenaran. Jika mereka berbuat baik, maka itu bagi kalian. Jika mereka berbuat jahat, maka itu bagi kalian dan tanggung jawab mereka”.
Adapun penetapan berdasarkan Ijma, para sahabat telah menjadikan hal yang paling penting bagi mereka setelah wafat Nabi saw adalah mengangkat seorang khalifah. Hal ini berdasarkan riwayat yang ada di dalam dua kitab shahih dari peristiwa Saqifah bani Sa’idah. Demikian juga setelah kematian setiap khalifah, secara mutawatir telah sampai adanya ijma sahabat tentang kewajiban mengangkat seorang khalifah bahkan mereka menjadikannya sebagai kewajiban yang paling penting.
Oleh karena itu, wajib bagi umat mengangkat seorang imam atau menegakkannya dan mengangkatnya menjadi seorang penguasa. Seluruh umat diseru dengan kewajiban tersebut sejak awal wafatnya Beliau Saw hingga tibanya hari Kiamat.  Beberapa dalil di atas juga menunjukkan tentang tidak bolehnya kaum muslim hidup selama tiga hari tanpa adanya bai’at kepada khalifah.  Ini berarti, jika kaum muslim tidak memiliki khalifah selama tiga hari, maka seluruhnya berdosa hingga mereka berhasil mengangkat seorang khalifah. Dosa tersebut tidak akan gugur, hingga mereka mencurahkan segenap daya dan upaya untuk mengangkat seorang khalifah dan memfokuskan aktivitasnya hingga berhasil mengangkatnya.

Da’wah Islam
Menegakkan khilafah Islamiyyah menuntut upaya yang sungguh-sungguh dan terorganisir.  Upaya ini berbentuk da’wah Islam berupa aktivitas fikriyyah (membangkitkan pemikiran umat) untuk mengembalikan umat pada keluhurannya di bawah naungan Khilafah Islam. 
Urgensi da’wah Islam saat ini :
   Kewajiban agung hingga Yaumil Akhir (QS. Fushilat : 33, QS At Taubah : 71, An Nahl : 125)
  Mengeluarkan umat dari problematikanya (“Hendaklah kalian benar-benar menyurh perbuatan yang maruf dan benar-benar melarang perbuatan yang mungkar, atau (bila tidak kalian lakukan) Allah akan menjadikan orang-orang jahat di antara kalian berkuasa atas kalian semua (yang akibatnya banyak sekali kejahatan dan kemungkaran diperbuatnya) lalu  orang-orang yang baik di antara kalian berdoa (agar kejahatan dan kemungkaran itu hilang) maka doa mereka (orang-orang baik itu) tidak diterima (HR Al Bazzar dan At Thabrani)
   Mengantarkan umat menuju Khairu Ummah (QS Ali imran : 110)
  Mewujudkan janji Allah dan Rasul-Nya  (QS An Nuur : 55, dan bisyarah dari Nabi Saw.)
Kewajiban da’wah Islam tidak dibebankan kepada muslim laki-laki saja, tetapi juga kepada muslimah.  Bersamaan dengan peran utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah tangga, muslimah juga diwajibkan berperan dalam mewujudkan masyarakat Islam.  Semua aktivitas wajib ini tentu harus diupayakan pelaksanaannya sehingga tidak saling mengalahkan.  Kehidupan para muslimah di masa Rasulullah Saw dapat menjadi contoh tentang bagaimana seharusnya muslimah berperan dan melaksanakan kewajiban da’wahnya untuk menegakkan masyarakat Islam (khilafah Islam). 
Rasulullah Saw telah memberikan teladan tentang upaya tersebut melalui peri kehidupannya yang agung sejak beliau menerima risalah Islam hingga wafat.  Aktivitas Beliau mendirikan negara Islam di Madinah menjadi cermin dan teladan yang wajib diikuti bagi aktivitas kaum muslim saat ini untuk mewujudkan daulah Islam yang kedua kalinya.
Melalui penelaahan mendalam terhadap aktivitas Beliau, diperoleh gambaran bahwa da’wah Islam untuk menegakkan daulah Islam (khilafah) harus dilakukan melalui kelompok (organisasi) yang beraktivitas secara politik (mengurusi seluruh urusan umat).  Kelompok tersebut beraktivitas menyampaikan pemahaman Islam agar umat bersedia tunduk patuh diatur dengan hukum-hukum Allah SWT dalam wadah negara Khilafah.
Aktivitas da’wah tersebut bukanlah aktivitas yang berorientasi kekerasan fisik.  Sebab, Rasulullah Saw tidak mencontohkan penggunaan aktivitas kekerasan fisik, seperti jihad dan sejenisnya kecuali setelah beliau berhasil menegakkan negara Islam di Madinah. 
Inilah da’wah Islam yang seharusnya dilakukan oleh umat Islam saat ini.  Da’wah secara berjamaah (terorganisir) ini tentu berbeda dengan aktivitas da’wah fardiyah (individual) yang juga diwajibkan Allah SWT bagi setiap individu muslim.  Hadirnya kelompok da’wah dalam tubuh umat Islam diperlukan bahkan diwajibkan, karena tanpa kelompok da’wah, tugas menegakkan daulah menjadi perkerjaan yang teramat berat, di samping juga menyalahi sunnah Rasulullah Saw yang melakukannya secara berjamaah.
               
Mengenal HTI
                HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) merupakan kelompok da’wah yang didirikan untuk menyambut seruan Allah SWT agar kaum muslim hidup di bawah panji-panji syariat Allah SWT (Khilafah Islamiyyah).  Oleh karena itu, HTI menetapkan tujuan perjuangannya untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam dengan mengikuti metode da’wah yang dicontohkan Rasulullah Saw.  Landasan berdirinya adalah firman Allah SWT dalam QS Ali Imron (3] : 104, juga QS Ali Imron [3] : 110.
Untuk meraih tujuannya tersebut, HTI beraktivitas dengan :
  Membina ummat dengan tsaqafah Islam dalam bentuk pembinaan intensif
  Membina ummat dengan ide-ide dan pemikiran Islam dalam bentuk pembinaan Umum (seminar, diskusi publik, kajian Islam di masjid/kantor/ radio, dll; penerbitan majalah, buletin, buku-buku, nasyrah)
Membongkar rencana jahat negara-negara kafir dan persekongkolannya dengan penguasa kaum muslim.
HTI berusaha agar negeri ini menjadi negeri yang diberkahi Allah SWT di dunia dan akhirat. Untuk itu HTI terus berusaha agar negeri ini menerapkan Islam secara sempurna (kaffah), baik pada individunya, masyarakat, maupun negara.   Dalam aktivitasnya, HTI peduli dengan seluruh persoalan mayarakat (ria’yatusyuunil ummah) dan mengajak seluruh komponen masyarakat agar bersatu dalam jalinan ukhuwah Islamiyah, sehingga Islam menjadi kuat dan tidak mudah terpecah belah.
HTI mengajak muslimah negeri ini untuk meraih kemuliaannya melalui aktivitas da’wah yang akan meninggikan kemuliaan Islam dan kaum muslim, yaitu penegakan daulah khilafah Islamiyyah.  Semoga kita mampu menjadi muslimah pembela Islam yang terpercaya, semata-mata agar Allah SWT meridhai kehidupan kita ini.  Aamiin Ya Mujiiba Saailiin.[] Noor Afeefa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menanamkan Adab Bicara kepada Anak

Menanamkan Adab Bicara kepada Anak Di antara perkara yang cukup merepotkan orang tua dari tingkah laku anak-anaknya adalah kebiasaan buruk dalam berbicara.  Padahal berbicara adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan manusia.  Berbicara pula yang pertama-tama dilakukan bayi saat baru lahir, melalui tangisannya.  Dan betapa bahagianya sang ibu tatkala mendengar kata pertama yang diucapkan buah hatinya.  Selanjutnya, seiring perjalanan waktu, sang anak pun mulai tumbuh, berkembang, dan menyerap berbagai informasi yang diterimanya.  Saat itulah sang anak mulai banyak mengatakan segala sesuatu yang pernah ia dengar.  Sayangnya, tak jarang kebahagiaan ibu harus tergantikan oleh rasa prihatin terutama saat sang buah hati mulai berbicara tanpa adab, sopan santun, bahkan  bertentangan dengan syari’at.  Rasa prihatin kian mendalam bila ternyata meski anak sudah mulai menginjak usia baligh, adab berbicara justru semakin ditinggalkan.  Tak jarang ditemui mereka berani membanta

Sistem Islam Atasi Pergaulan Bebas

Sistem Islam Atasi Pergaulan Bebas Pergaulan bebas rupanya masih menjadi persoalan paling rumit khususnya bagi remaja.  ; Setidaknya mungkin itulah bentuk keprihatinan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi pada peringatan Hari Anak Nasional beberapa hari lalu.  Saking prihatiannya, menteri yang baru diangkat tersebut pun kembali melontarkan pernyataan nyeleneh, yaitu pacaran ‘sehat’.  Menurut beliau, dalam berpacaran harus saling menjaga, tidak melakukan hal-hal yang berisiko.  Masa remaja adalah masa yang tepat untuk membekali informasi, penguatan mental, dan iman dari keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar, sebelum mereka mulai aktif secara seksual (antaranews.com, 13/07/2012).  Sebelumnya beliau juga telah menyampaikan sebuah kebijakan kontroversi, yaitu kondomisasi yang ditentang keras oleh hampir seluruh komponen umat Islam. Berkaitan dengan penanggulangan masalah pergaulan bebas ini, beberapa waktu lalu, LPOI (Lembaga Persahabatan Ormas Islam) juga mengusulkan solu

Keluarga dalam Ancaman Kapitalisme

Keluarga dalam Ancaman Kapitalisme Tak dapat dipungkiri, kehidupan sekuler kapitalistik yang mendominasi kehidupan kaum muslim saat ini telah membawa petaka di segala bidang, tak terkecuali institusi keluarga.  Gambaran indahnya keluarga muslim sejati yang dijanjikan Allah SWT kini pudar tergerus oleh kejahatan kapitalisme.  Ideologi yang menjauhkan agama dari kehidupan ini telah sukses mengantarkan keluarga di ambang kehancuran.   Kapitalisme Biang Kerok Segala Persoalan Di antara persoalan paling menonjol yang ditimbulkan kapitalisme adalah kemiskinan.  Bahkan kemiskinan telah menjadi momok paling menakutkan sehingga sempat menipu sebagian kalangan yang ingin melakukan perubahan bagi masyarakat.   Saking beratnya, kemiskinan dianggap persoalan paling penting, sedangkan aspek yang lain kerap dikesampingkan.  Mengapa kapitalisme menghasilkan kemiskinan?  Tentu saja, karena teori ekonomi kapitalisme dibangun berdasarkan asumsi yang keliru.  Asumsi yang selalu ditanamka