AKHLAQ DALAM PANDANGAN ISLAM
Oleh : Noor Afeefa
Oleh : Noor Afeefa
Pendahuluan
Islam adalah agama yang sempurna. Islam mengatur manusia dalam seluruh persoalan hidupnya. Aturan Islam mencakup aturan yang berhubungan antara manusia dan Sang pencipta (dalam bentuk aturan ibadah dan aqidah), antara manusia dan manusia lain (dalam bentuk mu’amalah dan ‘uqubat) maupun hubungan manusia dengan dirinya sendiri.
Adapun perkara (perbuatan) yang menyangkut hubungan manusia dengan dirinya sendiri, maka Islam telah membahasnya melalui hukum-hukum yang berkaitan dengan sifat-sifat perbuatan, atau yang lebih sering disebut dengan akhlaq. Sedangkan
benda-benda yang digunakan untuk menyelesaikan perkara yang berhubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, maka Islam menyelesaikannya dengan membahas hukum-hukum yang berkaitan dengan makanan, minuman dan pakaian. Sebab, ketiga jenis benda inilah yang secara langsung berhubungan dengan aktivitas manusia terhadap dirinya sendiri. Dalam makalah ini secara khusus akan dibahas hal-hal yang berkenaan dengan akhlaq sebagai bagian dari hukum Islam. Meski menyangkut perkara yang berhubungan dengan diri manusia sendiri, bukan berarti perkara ini tidak penting. Sebab, ketika Islam telah menetapkannya sebagai perkara yang diatur oleh Allah SWT, maka apapun bentuk perkara tersebut akan dimintai pertanggung jawaban oleh allah SWT. Sehingga setiap muslim tidak boleh melalaikannya.
Pengertian Akhlaq
Secara bahasa, akhlaq berasal dari kata al-khulq, yang berarti kebiasaan (as-sajiyah) dan tabiat (at-thab’u). Sedangkan menurut istilah, akhlaq adalah sifat-sifat yang diperintahkan Allah kepada seorang muslim untuk dimiliki tatkala ia melakukan berbagi aktivitasnya. Sifat-sifat akhlaq ini tampak pada diri seorang muslim tatkala ia melaksanakan berbagai aktivitas –seperti ibadah, muamalah, dan lain sebagainya bila ia melaksanakan ativitas tesebut dengan benar.
Sebagai contoh, sifat khusu’ akan muncul pada saat seseorang malaksanakan sholat (sebagai pelaksanaan perintah Allah dalam QS al-Mukminun : 1-2). Seorang pengmban da’wah juga akan memiliki sifat lembut tatkala ia melakukan diskusi dengan masyarakat (sebagai pelaksanaan QS Ali Imran : 159). Atau ia akan besikap berani tatkala mengoreksi penguasa yang dhalim karena Rasulullah SAW pernah bersabda :
“Penghulu para syuhada adalah Hamzah dan seseorang yang berdiri di hadapan penguasa yang dhalim kemudian ia menasihatinya, lantas penguasa itu membunuhnya”.
Seorang muslim pun harus menghiasi diri dengan sifat mendahulukan orang lain, yakni mengutamakan orang lain untuk memperoleh kebaikan dibandingkan diri sendiri. Dia rela berlapar-lapar demi orang lain.
“Mereka mengutamakan (orang Muhajirin) atas (kepentingan) mereka waqlaupun mereka dalam kesusahan” (QS. A-Hasyr : 9).
Kita pun bisa melihat tatkala Ali bin Abi Thalib rela menempati tempat tidur Rasulullah SAW pada malam terjadinya persengkokolan orang-orang musyrik untuk membunuh Rasulullah. Ia rela mengorbankan dirinya demi Rasulullah SAW.
Seorang penguasa juga harus memiliki sifat adil di tengah-tengah masyarakatnya. Allah SWT berfirman ;
“Apabila kalian menghukum di tengah-tengah manusia maka hendaklah kalian menghukum dengan adil” (TQS. An-Nisaa’ : 58).
Selain yang telah disebutkan di atas, terdapat beberapa sifat akhlaq lainnya yang diperintahkan Allah SWT untuk dimdiliki muslim, seperti menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak baik (iffah), dermawan, tawadlu’ dan sebaginya. Di samping itu terdapat pula sifat-sifat akhlaq yang dilarang oleh Allah, seperti berdusta, menghasud, zhalim, menipu, riya, malas, penakut, membicarakan orang lain, dan sebaginya. Semua sifat tersebut adalah sifat-sifat yang harus dimiliki muslim agar ia mendapatkan kesempurnaan atas perbuatannya. Adakalanya sifat tersebut khair (baik), syar (buruk), hasan (terpuji) atau qobih (tercela). Penentuan sifat mana saja yang dikatagorokan pada jenisnya tersebut diserahkan kepada Allah SWT. Sebab, hanya Allah saja yang mengetahui hakikat manusia. Sementara, bila penentuannya diserahkan kepada manusia maka ia hanya akan melihat dari sudut “menguntungkan atau nerugikan bagi dirinya”. Jika menguntungkan bagi dirinya, maka ia akan menganggap baik. Sebaliknya, jika merugikan ia akan menganggap buruk.
Kekhususan Akhlaq Islam
Meskipun masalah ini telah ditentukan oleh Allah, namun Syari’at Islam tidak banyak membahas masalah ini secara rinci. Oleh karena itu, tidak ada pembahasan akhlaq secara khusus dalam buku-buku fqh. Namun untuk memudahkan, berikut ini adalah rincian akhlaq Islam bila dilihat dari kekhususannya.
- Akhlaq dalam Islam tidak dapat dipisahkan dari hukum Syara’, seperti ibadah, muamalah, dll. Seperi khusyu’ yang akan nampak tatala ia melakukan shalat, jujur dan amanah, manunaikan janji akan nampak tatkala ia melakukan aktivitas muamalah, dll. Jadi akhlaq tidak mungkin dipisahkan dari perintah dan larangan Allah SWT lainnya, sebab ia akan nampak pada saat seseorang melaksanakan aktivitasnya menurut hukum Syara’.
- Akhlaq tidak didasarkan pada ‘illat (alasan) tertentu, sehingga tidak ada satu pun illat dalam masalah akhlaq. Jujur, amanah dan menunaikan janji diperintahkan semata-mata karena hukumnya wajib menurut Syara’. Kewajibannya telah ditentukan dengan nash, bukan karena adanya ‘illat tertentu.
- Akhlaq juga tidak tunduk pada manfaat materi tertentu (naf’iyah madiyah). Sebab, seorang yang melakukan hukum akhlaq kadangkala justru mendapat kerugian, bukan keuntungan. Contohnya, sifat berani dan menantang ketika mengingatkan penguasa yang dhalim adalah sifat pengemban da’wah. Bisa jadi ia akan mendapatan kedholiman. Oleh karena itu, pelaksanaan akhlaq tidak boleh karena manfaat materi atau hendak mendapat pujian orang, dsb.
- Akhlaq sebagaimana aqidah Islam selaras dengan fitrah manusia. Misalnya, memuliakan tamu dan membantu orang yang sedang membutuhkan selaras dengan naluri mempertahankan diri (gharizah baqa’), khusyu’ dan tawadhu sesuai dengan naluri (garizah tadayyun), dsb.
Apabila akhlaq Islam tersebut dimiliki oleh seorang muslim ketika melakukan perbuatan maka akan memberikan pengaruh, antar lain :
- Sesunguuhnya akhlaq maupun kewajiban-kewajiban syari’at yang lain akan menjadikan seorang muslim memiliki kepribadian yang unik (syakhsiyah Islamiyyah mumayyizah) tatkala ia berhubungan dengan orang lain. Sehingga mereka akan percaya dengan perkataan dan perbuatan muslim tersebut.
- Akhlaq Islam menciptakan rasa cinta kasih dan saling menghormati sesama individu dalam keluarga secara khusus dan di antara individu masyarakat secara umum.
- orang yang memilki sifat akhlaq akan mendapat pahala di sisi Allah SWT di akhirat. Orang yang mempunyai akhlaq baik didunia, akan dekat dengan Rasulullah SAW di akhirat sebagaimana sabda Beliau :
“Sesungguhnya orang yang lebih aku cintai di antara kamu dan lebih dekat dekat kepadaku tempatnya pada hari kiamat adalah siapa saja diantara kamu yang akhlaqnya paling baik”.
Ketika Rasulullah SAW ditanya tentang apa yang paling banyak mengantarkan orang masuk surga, maka Rasulullah bersabda :
“Yang paling bertaqwa dan paling baik akhlaqnya”.
Penutup
Demikianlah pengaturan akhlaq dalam Islam. Pelaksanaan sifat-sifat ini oleh seorang muslim tentu berbeda dengan orang non muslim. Sebab, pelaksanaan hukum apapun dalam Islam mengharuskan adanya idrak shilah billah (hubungan dengan Allah) tatala melaksanakan. Ini dimaksudkan agar pelaksanaan amalnya diterima, tidak sia-sia sebagaimana amalnya orang non muslim.
Semoga kita termasuk hamba-hamba-Nya yang mampu menjalankan seluruh aturan Allah SWT termasuk perkara akhlaq ini. Aamiin.[]
Komentar
Posting Komentar