Langsung ke konten utama

Kembalikan Khilafah Islamiyyah

Kembalikan Khilafah Islamiyyah
 
Suatu ketika Rasulullah SAW bersabda : “Hampir-hampir umat-umat yang lain akan mengerubuti kalian seperti orang-orang berebut makanan pada sebuah tempayan.  Salah seorang bertanya : “Apakah karena jumlah kami sedikit ?”  Jawab Rasul : “Tidak, bahkan jumlah kalian banyak, tetapi kalian bagaikan buih di atas air bah (lautan), Allah telah mencabut rasa takut pada dada-dada musuh kalian dan meniupkan rasa al-wahn pada hati kalian”.  Salah seorang bertanya lagi : “Apakah al-wahn itu, wahai Rasulullah ?  Beliau menjawab : Cinta dunia dan takut mati”.  (H.R Abu Daud, Ibnu ‘Asakir)

Berita ini telah mengingatkan kita pada kondisi kaum muslimin kini.  Sebagian besar negeri-negeri Islam telah takluk pada penjajah AS dan sekutunya, tak terkecuali Indonesia.  Kengerian itu bukan tidak beralasan.  Sebab Rasulullah SAW memang telah mengisyaratkan akan terjadinya peristiwa yang paling menyedihkan dari sebuah umat yang memiliki jumlah banyak tapi tidak memiliki kekuatan.  Masyaa Allah.  Itulah yang tengah terjadi kini.
 
Orang-orang kafir penjajah (AS dan sekutunya) kini tengah memakan hidangan enak yang justru disuguhkan oleh segelintir orang pengecut dari kalangan muslim.  Sedikit-demi sedikit, wilayah Islam benar-benar jatuh dalam lembah penjajahan gaya baru ini.  Di sisi lain, kedigdayaan pasukan penjajah nampak semakin kokoh, karena mereka meraup keuntungan besar dari perang ini.  Apa mau di kata, itulah hasilnya bila melakukan ‘jual beli’ dengan pihak musuh.
 

Ada pelajaran berharga bagi umat yang menghendaki kemuliaannya. Kaum muslimin tidak memiliki kekuatan karena berpecah belah.  Sekat nasionalisme-kebangsaan telah menutup sebelah mata kaum muslimin.  Persatuan umat Islam belum terwujud karena egoisme para penguasa dhalim.  Kita bisa menyaksikan dari ketundukan dan ketakutan mereka bila berada di pihak lawan Sang Kafir penjajah yang tentunya mempengaruhi kelangsungan kekuasaannya.  Keberadaan mereka dalam wilayah kenegaraan dengan politik pemerintahannya masing-masing, tidak mengharuskan mereka untuk satu langkah dalam perjuangan melawan kafir penjajah.  Inilah yang menjadi sumber kelemahan.  Jumlah banyak tetapi lemah.
 

Untuk membangun kekuatan tersebut sebenarnya ‘tidak susah’.  Ibarat mengikat sapu lidi agar berfungsi dengan semestinya, masing-masing lidi harus diikat menjadi satu.  Demikian pula keadaan bangsa-bangsa dan negeri kaum muslimin.   Mereka bisa bersatu bila diikat oleh sebuah kekuasaan yang menaungi seluruh umat Islam sedunia.  Kekuasaan itu berupa Khilafah Islamiyyah yang berjalan di atas manhaj kenabian.  

Khilafah Islamiyyah adalah kepemimpinan umum bagi seluruh kaum muslimin di dunia untuk menegakkan hukum-hukum Syari’at Islam dan mengemban da’wah ke segenap penjuru dunia.  Khilafah inilah yang akan menyatukan dan memberi kekuatan bagi kaum muslim.  Jumlah muslim yang sedemikian banyak akan memiliki kekuatan setelah mereka bergerak bersama dengan satu komando dan satu tujuan karena satunya pemikiran, perasaan dan aturan, yaitu Islam.  Inilah yang selama ini hilang.
 

Dalam terminilogi hukum Syara’, menegakkan Khilafah hukumnya wajib (fardlu) bagi seluruh kaum muslimin.  Dengan demikian melalaikannya termasuk perbuatan maksiyat dan Allah SWT akan mengadzab pelakunya dengan siksaan yang pedih.  Banyak ayat yang mencela orang-orang yang tidak berhukum dengan hukum Allah SWT.  Demikian pula Allah SWT melalui Rasul-Nya telah memerintahkan kita untuk mengangkat seorang pemimpin yang menegakkan aturan Allah SWT.  Dalil kewajiban menegakkan Khilafah begitu sinergis dengan kebutuhan mendesak umat akan kepemimpinan tersebut demi kelangsungan kehidupan yang semakin sulit ini.  Sungguh, hukum Allah benar-benar menjadi solusi bagi persoalan kita.
 

Nah, tunggu apa lagi.  Sudah saatnya kita mempersiapkan segala sesuatunya demi hadirnya sang pemersatu umat ini.  Mari kita membina diri dan umat, menyatukan pandangan tentang keberadaan diin (agama) kita untuk bersama-sama menegakkan kembali kekuatan umat yang hilang tersebut.  Sebab, tiada Islam tanpa Penerapan Syari’ah, dan tiada Penerapan Syari’ah melainkan dengan Daulah Khilafah Islamiyyah.  Sungguh, Allah Maha Kuasa menurunkan pertolongan-Nya.[] Noor Afee

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menanamkan Adab Bicara kepada Anak

Menanamkan Adab Bicara kepada Anak Di antara perkara yang cukup merepotkan orang tua dari tingkah laku anak-anaknya adalah kebiasaan buruk dalam berbicara.  Padahal berbicara adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan manusia.  Berbicara pula yang pertama-tama dilakukan bayi saat baru lahir, melalui tangisannya.  Dan betapa bahagianya sang ibu tatkala mendengar kata pertama yang diucapkan buah hatinya.  Selanjutnya, seiring perjalanan waktu, sang anak pun mulai tumbuh, berkembang, dan menyerap berbagai informasi yang diterimanya.  Saat itulah sang anak mulai banyak mengatakan segala sesuatu yang pernah ia dengar.  Sayangnya, tak jarang kebahagiaan ibu harus tergantikan oleh rasa prihatin terutama saat sang buah hati mulai berbicara tanpa adab, sopan santun, bahkan  bertentangan dengan syari’at.  Rasa prihatin kian mendalam bila ternyata meski anak sudah mulai menginjak usia baligh, adab berbicara justru semakin ditinggalkan.  Tak jarang ditemui mereka berani membanta

Sistem Islam Atasi Pergaulan Bebas

Sistem Islam Atasi Pergaulan Bebas Pergaulan bebas rupanya masih menjadi persoalan paling rumit khususnya bagi remaja.  ; Setidaknya mungkin itulah bentuk keprihatinan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi pada peringatan Hari Anak Nasional beberapa hari lalu.  Saking prihatiannya, menteri yang baru diangkat tersebut pun kembali melontarkan pernyataan nyeleneh, yaitu pacaran ‘sehat’.  Menurut beliau, dalam berpacaran harus saling menjaga, tidak melakukan hal-hal yang berisiko.  Masa remaja adalah masa yang tepat untuk membekali informasi, penguatan mental, dan iman dari keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar, sebelum mereka mulai aktif secara seksual (antaranews.com, 13/07/2012).  Sebelumnya beliau juga telah menyampaikan sebuah kebijakan kontroversi, yaitu kondomisasi yang ditentang keras oleh hampir seluruh komponen umat Islam. Berkaitan dengan penanggulangan masalah pergaulan bebas ini, beberapa waktu lalu, LPOI (Lembaga Persahabatan Ormas Islam) juga mengusulkan solu

Keluarga dalam Ancaman Kapitalisme

Keluarga dalam Ancaman Kapitalisme Tak dapat dipungkiri, kehidupan sekuler kapitalistik yang mendominasi kehidupan kaum muslim saat ini telah membawa petaka di segala bidang, tak terkecuali institusi keluarga.  Gambaran indahnya keluarga muslim sejati yang dijanjikan Allah SWT kini pudar tergerus oleh kejahatan kapitalisme.  Ideologi yang menjauhkan agama dari kehidupan ini telah sukses mengantarkan keluarga di ambang kehancuran.   Kapitalisme Biang Kerok Segala Persoalan Di antara persoalan paling menonjol yang ditimbulkan kapitalisme adalah kemiskinan.  Bahkan kemiskinan telah menjadi momok paling menakutkan sehingga sempat menipu sebagian kalangan yang ingin melakukan perubahan bagi masyarakat.   Saking beratnya, kemiskinan dianggap persoalan paling penting, sedangkan aspek yang lain kerap dikesampingkan.  Mengapa kapitalisme menghasilkan kemiskinan?  Tentu saja, karena teori ekonomi kapitalisme dibangun berdasarkan asumsi yang keliru.  Asumsi yang selalu ditanamka