Langsung ke konten utama

Kepornoan dan Serangan Budaya Barat

KEPORNOAN DAN SERANGAN BUDAYA BARAT

Disadari atau tidak, sesungguhnya negeri ini tengah menjadi sasaran serangan budaya Barat.  Diantara bukti yang menonjol adalah makin meningkatnya kebebasan berperilaku, khususnya dalam hal pornoaksi dan pornografi.  Budaya free sex, homo seksual, kebebasan berpakaian, berdandan, hingga kontes kecantikan adalah di antara bentuk yang sudah lama ada.  Berikutnya, produk budaya Barat pun terus mengintai. 
Setelah publik ramai-ramai menolak majalah Playboy Indonesia, kewaspadaan terhadap masuknya kepornoan ke Indonesia pun kian digencarkan.  Beberapa waktu lalu, elemen masyarakat menolak kedatangan Miyabi, bintang film porno asing meski hanya untuk main film yang dianggap tidak porno.  Dan kini, rakyat di negeri mayoritas muslim ini kembali mendapat tantangan atas akting bintang porno asal AS dalam film Indonesia. Tera Patrick main dalam film “Rintihan Kuntilanak Perawan” bersama artis film Indonesia.
Tentu saja, segala yang berbau porno pun ramai-ramai ditolak, meski ada segelintir pihak yang menerimanya yaitu pelaku dan pihak yang diuntungkan dari kepornoan.  Walaupun kurang mendapat ekspos media, sesungguhnya fenomena seperti ini menandai adanya persoalan besar yang terjadi pada negeri ini.  Di tengah serangan budaya Barat yang semakin kencang, persoalan kepornoan masih menyisakan kontroversi.  Begitu sulitkah memahami persoalan ini?  Jika untuk mamahaminya saja sulit, bagaimana memberantas semua bentuk kepornoan di Indonesia?  Terbukti, mengapa begitu mudahnya icon kepornoan dari  Barat masuk ke hadapan pemirsa Indonesia.  Kewaspadaan macam apa yang harus dimiliki umat negeri ini agar bisa menghadang laju serangan budaya Barat dalam bentuk kepornoan?

Kepornoan, Bentuk Serangan Budaya Barat
        Harus dipahami terlebih dahulu, bahwa kepornoan itu sendiri hakikatnya adalah bentuk budaya Barat yang kini banyak diadopsi oleh sebagian rakyat Indonesia.  Kepornoan merupakan bentuk perwujudan dari kebebasan berperilaku, berekspresi dan menyalurkan hasrat kecintaan pada lawan jenis tanpa aturan, tanpa batas.  Sekulerisme atau pemisahan urusan kehidupan dari agama menjadi penyebab semua ini.  Tatkala agama tak lagi mengikat para pemeluknya, maka individu-individu bebas menentukan apa yang baik untuk dirinya, berdasarkan asas manfaat.  Batasannya paling hanya sekedar tidak melanggar kebebasan orang lain -yang sebenarnya sangat subyektif.
        Pernyataan-pernyataan berikut mungkin sering kita dengar.  Jika ada yang keberatan dengan tayangan (porno) di TV atau film, ya tidak usah nonton, pindah saluran saja, atau matikan saja TV- nya. Atau, bukankah sebuah kebaikan jika seorang wanita dapat menghibur penonton melalui  karya seni ‘porno’nya.  Toh, ada juga pihak-pihak yang diuntungkan dan senang menikmatinya.  Atau, bahwa seni harus dipandang sebagai bentuk kreasi manusia yang tidak boleh disangkut pautkan dengan nilai-nilai agama, nanti seni akan mati.  Setiap orang diberi kebebasan berekspresi dalam ruang seni.  Demikian dalih para pengusung kepornoan.
        Sebagai bentuk manifestasi dari ideologi sekulerisme, maka jelaslah bahwa kepornoan adalah budaya Barat, bukan budaya Islam.  Sebab, sekulerisme itu sendiri adalah produk Barat.  Ia bertentangan sangat diametral dengan ideologi Islam.  Maka, semua bentuk kepornoan baik yang dilakukan oleh anak-anak negeri maupun yang datang dari Barat, hakikatnya adalah budaya Barat, budaya tidak Islami.  Oleh karenanya, umat seharusnya menolak semua bentuk kepornoan, tidak memilah-milah.  Penolakan keras atas akting bintang porno Barat seharusnya sama kencangnya dengan penolakan bintang porno pribumi. 
        Sayangnya, umat sering salah kaprah.  Budaya Barat diidentikkan dengan segala hal yang datang dari Barat secara kasat mata.  Padahal, bisa jadi apa yang ada di sekitar kita sesungguhnya juga merupakan budaya Barat yang telah terinternalisasi sekian lama bahkan dikatakan menjadi budaya Indonesia ataupun kearifan lokal. 
Atas dasar inilah, umat selayaknya memahami hakikat hadharah (budaya) dan bentuk-bentuk hadharah Barat agar tidak salah menilai dan mengadopsi.   Untuk selanjutnya, umat menjauhkan diri dari hadharah yang tidak Islami.  Sebab, kehadiran hadharah Barat di tengah-tengah umat Islam hanya akan menjauhkan umat dari kehidupan yang seharusnya dijalani (sesuai Islam).  Dan selanjutnya akan membawa umat kepada keterpurukan.  Inilah yang dikehendaki oleh Barat – musuh Islam.

Hadharah Islam vs. Hadharah Barat
Hadharah merupakan istilah dalam bahasa Arab untuk menunjukkan makna budaya.  Secara istilah al hadharah dapat diartkan thariqah muâyanah fi al-aiys (metode hidup yang khas), baik di bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan sebagainya.  Dan karena cara hidup yang khas itu lahir dari suatu pandangan hidup yang khas, maka substansi budaya (al-hadharah) sebenarnya adalah pandangan hidup yang khas (mafahim ‘an al hayah).
Karena itulah sebagian pemikir muslim seperti Al-Qashash dalam Usus An-Nahdhah Ar-Rasyidah (1996) mendefinisikan al-hadharah sebagian sekumpulan pandangan hidup yang khas.  Dari sinilah dapat kita pahami batasan Budaya Barat (al-hadharah al-gharbiyah) dan budaya Islam (al-hadharah al Islamiyah).
Budaya Barat merupakan sekumpulan pandangan hidup yang khas dari negara-negara Barat, seperti sekularisme, pluralisme, liberalisme, dan semua cabang-cabangnya (termasuk kepornoan). Sedangkan Budaya Islam merupakan sekumpulan pandangan hidup yang khas menurut perspektif Islam, seperti Aqidah Islam dan Syariah Islam beserta segala ide-ide cabangnya.  Hadharah kadang diterjemahkan juga sebagai peradaban (selain diterjemahkan sebagai budaya). 
Meski hadharah berbentuk immateriil, seperti pemikiran, ide, pandangan hidup, budaya atau peradaban tertentu, namun hadharah kadang melekat pada beberapa jenis produk atau materi.  Oleh karenanya, terdapat beberapa jenis bentuk materi yang berhubungan dengan hadharah tertentu.  Dengan demikian, tidak semua benda atau materi bersifat umum dan bebas nilai.  Contohnya, mesjid identik dengan hadharah Islam.  Film porno identik dengan hadharah non Islam. 
Bagi kaum muslim, haram hukumnya mengambil hadharah non Islam dan semua produk atau materi yang berhub dengan hadharah di luar Islam.  Ini didasarkan pada firman Allah SWT :
”Siapa saja yang mengambil selain Islam sebagai Dien, maka tidak akan pernah diterima”(TQS Ali-Imran[3]:85).
“Ikutilah apa-apa yang diturunkan  kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu turuti wali (Tuhan-tuhan) lain selain-Nya. Sedikit sekali di antaramu yang menerima peringatan.” (TQS. Al A’raf [7] :3)
Suatu saat Umar bin al-Khattab membawa sobekan Taurah, dan Rasulullah saw menunjukkan rasa marahnya dengan mengatakan :
”Apa (yang kamu bawa) ini, bukankah aku telah membawa (al-Kitab) yang jelas dan jernih? Kalau seandainya saudaraku Musa as hidup pada zamanku, tentu beliau tidak akan susah-susah lagi, kecuali mengikutiku”(HR Ahmad dan al-Bazzar dari Jabir).
Rasulullah Saw juga bersabda yang artinya :
“Barangsiapa menyerupai suatu kaum maka dia adalah bagian dari kaum tersebut” (HR. Abu Dawud)
Dengan demikian, haram hukumnya membuat film porno, film yang mempertontonkan aurat, maupun mempergunakan bintang porno, siapapun mereka.  Dalam hal ini kemanfaatan tidak boleh dijadikan standar dalam melakukan perbuatan dan memproduksi meteri tertentu.  Islam mengharuskan untuk menjadikan aqidah dan syariat Islam sebagai asas dalam berbuat dan mengambil segala sesuatu. 
Dalam kitab “al-Fikr al-Islami”, Muhammad Muhammad Ismail (1958) merumuskan sebuah kaidah syariah untuk menilai baik buruknya perbuatan muslim. Bunyinya: Al-hasanu maa hassanahu asy-syar’u wa al-qabiihu maa qabbahahu asy-syar’u.  Artinya, perbuatan baik (terpuji) adalah apa yang baik menurut syariah dan perbuatan yang buruk (tercela) adalah apa yang buruk menurut syariah. 
Maka dari itu, semua yang dilarang Allah SWT adalah keburukan.  Sedangkan semua yang Allah SWT perintahkan adalah baik.  Kepornoan adalah buruk, karena Syari’ah mengharamkan segala perbuatan yang mendekati zina, apalagi zinanya itu sendiri (QS al-Israâ : 32). Islam juga telah mewajibkan wanita untuk menutupi auratnya dengan kerudung (khimar) dan jilbab (jubah) ketika keluar rumah (lihat QS Al-Ahzab : 59; QS An-Nuur : 31).
                Dari sini jelaslah, mana perkara-perkara yang berasal dari Islam dan yang bukan dari Islam.  Segala budaya (hadharah) dan materi yang berkaitan dengan budaya di luar Islam haram untuk diambil kaum muslim.  Oleh karena itu, perlindungan umat dari kejahatan kepornoan hendaknya menyeluruh terhadap semua bentuk kepornoan yang sudah ada di sekitar kita dan yang berusaha masuk untuk memperburuk kondisi umat.     

Membentengi Umat 
Kita tentu tidak ingin kondisi umat yang sudah parah diperparah lagi dengan masuknya berbagai serangan dari luar Islam.  Serangan budaya Barat di dalam sistem sekuler-kapitalisme saat ini memang akan semakin kuat jika tidak ada perlawanan dan kerja keras semua komponen umat.  Hal-hal berikut harus menjadi agenda sejak sekarang:
1.       Setiap individu umat harus memahami hakikat budaya dan materi-materi yang terkait dengan budaya barat untuk menghasilkan kewaspadaan.  Pada saat yang sama umat harus memiliki pemahaman dan kecintaan yang kuat terhadap budaya dan segala hal yang berkait dengan budaya Islam sehingga mereka terdorong untuk mewujudkannya.
2.       Perlunya memberikan perhatian lebih kepada generasi muda, karena sasaran serangan lebih banyak ditujukan kepada generasi muda.  Oleh karena itu, mendidik generasi muda untuk taat kepada syariat Islam adalah perkara yang sangat urgen.
3.       Peningkatan kontrol sosial.  Masyarakat harus lebih peka dan peduli terhadap berbagai bentuk kepornoan dan serangan budaya lainnya.  Selanjutnya umat dapat memberikan sanksi moral kepada pelaku kejahatan dan pengikut budaya Barat tersebut.  Masyarakat juga harus pro aktif menyuarakan terbentuknya sistem kenegaraan yang imun (kebal) dari serangan budaya Barat.
4.       Terbentuknya sistem kenegaraan yang sesuai Syari’ah Islam (Daulah Khilafah Islamiyyah) tentu paling efektif untuk mencegah masuknya serangan budaya Barat.  Diyakini, hanya hukum Allah SWT saja yang mampu mencegah umat dari serangan budaya Barat melalui peraturannya yang tegas (baik konsep maupun sanksi). Negara khilafah juga akan melakukan pembinaan yang intensif kepada umat baik dalam aqidah maupun syariah.
5.       Efektifitas daulah Khilafah Islam dalam menangkal serangan budaya Barat juga nampak dari konsep hubungan luar negeri yang berbasis pada dakwah dan jihad. Perdagangan luar negeri dipandang dalam kerangka yang akan menguatkan negara Khilafah dan kaum Muslim. Maka segala komoditas yang berpotensi melemahkan—termasuk melemahkan akidah dan kepribadian kaum Muslim—harus dicegah.

Penutup
Wasiat Rasulullah Saw berikut semoga dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap berbagai serangan yang mengintai tubuh kaum mulsim.  “Sungguh kamu akan mengikuti aturan orang-orang sebelummu sejengkal demi sejengkal, sedepa demi sedepa, sampai andaikan mereka masuk ke lobang biawak pun, pasti  kalian akan mengikutinya. Maka sahabat bertanya:” Wahai Rosulullah, apakah mereka kaum Yahudi dan Nasrani? Rasul saw menjawab : Siapa lagi “ (HR. Muslim, Kitab al Aqdhiyah: 17)
Semoga umat kian tercerdaskan dengan hakikat serangan budaya Barat sehingga secara sungguh-sungguh mewujudkan solusi hakiki yang diperlukan yaitu tegaknya negara Khilafah Islam.  Aamiin ya Robbal ‘alamiin. [] Noor Afeefa

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menanamkan Adab Bicara kepada Anak

Menanamkan Adab Bicara kepada Anak Di antara perkara yang cukup merepotkan orang tua dari tingkah laku anak-anaknya adalah kebiasaan buruk dalam berbicara.  Padahal berbicara adalah aktivitas yang paling banyak dilakukan manusia.  Berbicara pula yang pertama-tama dilakukan bayi saat baru lahir, melalui tangisannya.  Dan betapa bahagianya sang ibu tatkala mendengar kata pertama yang diucapkan buah hatinya.  Selanjutnya, seiring perjalanan waktu, sang anak pun mulai tumbuh, berkembang, dan menyerap berbagai informasi yang diterimanya.  Saat itulah sang anak mulai banyak mengatakan segala sesuatu yang pernah ia dengar.  Sayangnya, tak jarang kebahagiaan ibu harus tergantikan oleh rasa prihatin terutama saat sang buah hati mulai berbicara tanpa adab, sopan santun, bahkan  bertentangan dengan syari’at.  Rasa prihatin kian mendalam bila ternyata meski anak sudah mulai menginjak usia baligh, adab berbicara justru semakin ditinggalkan.  Tak jarang ditemui mereka berani membanta

Sistem Islam Atasi Pergaulan Bebas

Sistem Islam Atasi Pergaulan Bebas Pergaulan bebas rupanya masih menjadi persoalan paling rumit khususnya bagi remaja.  ; Setidaknya mungkin itulah bentuk keprihatinan Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi pada peringatan Hari Anak Nasional beberapa hari lalu.  Saking prihatiannya, menteri yang baru diangkat tersebut pun kembali melontarkan pernyataan nyeleneh, yaitu pacaran ‘sehat’.  Menurut beliau, dalam berpacaran harus saling menjaga, tidak melakukan hal-hal yang berisiko.  Masa remaja adalah masa yang tepat untuk membekali informasi, penguatan mental, dan iman dari keluarga, sekolah dan lingkungan sekitar, sebelum mereka mulai aktif secara seksual (antaranews.com, 13/07/2012).  Sebelumnya beliau juga telah menyampaikan sebuah kebijakan kontroversi, yaitu kondomisasi yang ditentang keras oleh hampir seluruh komponen umat Islam. Berkaitan dengan penanggulangan masalah pergaulan bebas ini, beberapa waktu lalu, LPOI (Lembaga Persahabatan Ormas Islam) juga mengusulkan solu

Keluarga dalam Ancaman Kapitalisme

Keluarga dalam Ancaman Kapitalisme Tak dapat dipungkiri, kehidupan sekuler kapitalistik yang mendominasi kehidupan kaum muslim saat ini telah membawa petaka di segala bidang, tak terkecuali institusi keluarga.  Gambaran indahnya keluarga muslim sejati yang dijanjikan Allah SWT kini pudar tergerus oleh kejahatan kapitalisme.  Ideologi yang menjauhkan agama dari kehidupan ini telah sukses mengantarkan keluarga di ambang kehancuran.   Kapitalisme Biang Kerok Segala Persoalan Di antara persoalan paling menonjol yang ditimbulkan kapitalisme adalah kemiskinan.  Bahkan kemiskinan telah menjadi momok paling menakutkan sehingga sempat menipu sebagian kalangan yang ingin melakukan perubahan bagi masyarakat.   Saking beratnya, kemiskinan dianggap persoalan paling penting, sedangkan aspek yang lain kerap dikesampingkan.  Mengapa kapitalisme menghasilkan kemiskinan?  Tentu saja, karena teori ekonomi kapitalisme dibangun berdasarkan asumsi yang keliru.  Asumsi yang selalu ditanamka