Dalam sistem kapitalisme yang serba sulit ini (merebaknya kemiskinan, pengangguran, dll.), para pemuda dihadapkan pada pilihan sulit dalam menempuh jalur pendidikan. Sebagian akhirnya memilih pendidikan vokasi karena iming-iming mendapatkan pekerjaan lebih mudah. Di sisi lain, kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), khususnya di bidang vokasi, makin digencarkan. Tidak tanggung-tanggung, pemerintah menggelontorkan sejumlah dana besar bagi program revitalisasi pendidikan vokasi. Proyek utamanya adalah link and match yang mengawinkan dunia usaha dan industri (DUDI) dengan pendidikan vokasi, baik di tingkat SMK maupun kampus vokasi. Skema matching fund (dana pemadanan) membuat dunia industri makin antusias melebarkan sayapnya di dunia pendidikan. Mereka seakan mendapatkan amunisi, tidak perlu repot karena telah memiliki pabrik SDM (sumber tenaga kerja) bagi pengembangan industrinya sesuai kebutuhan. Secara tidak sadar, inilah kondisi yang sebenarnya menjerat pemuda sekarang. Pot...
Perang melawan radikalisme kian kebablasan. Kurikulum pendidikan khususnya pendidikan agama dianggap sebagai alat paling ampuh untuk mengubah pemahaman yang dianggap radikal. Keinginan merevisi kurikulum pendidikan pun telah lama ada. Sebagian proyeknya bahkan sudah dijalankan pemerintah. Namun, ada usulan yang sangat nyeleneh . Kali ini disampaikan oleh Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU), KH Said Aqil Sirodj. Ia mendesak agar kurikulum pendidikan agama dikaji lagi. Ia juga mengusulkan agar bab tentang sejarah yang dominan hanya menceritakan perang dikurangi porsinya (republika.co.id, 30 Juli 2018) . Ia menyatakan tentang banyaknya materi dalam pendidikan agama yang menceritakan perang-perang yang dilakukan Rasulullah Saw. seperti Perang Badar, Perang Uhud dan sebagainya. Dan menurutnya, materi itulah yang menyebabkan siswa menjadi radikal. Sebab, ayat-ayat perang sering disalahartikan oleh beberapa ...