Menapaki Ramadhan di tengah krisis multidimensi saat ini
memang memberikan ujian berat bagi seluruh muslim. Terlebih, berbagai seruan agar penguasa
mengubah tata kelola negara dengan Syariah Islam masih belum menampakkan titik
terang. Meski mayoritas umat menolak
kemunkaran tersebut, kedholiman penguasa justru semakin nyata hingga berujung kesempitan
berkepanjangan. Melambungnya harga
berbagai komoditi, sulitnya mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang layak hingga
penyakit sosial yang semakin parah, membuat dada umat semakin sempit.
Di sisi lain, kita juga melihat keprihatinan yang berbeda. Sejumlah orang dengan kesombongannya telah
membelanjakan hartanya dengan cara yang diharamkan syariah. Sebagian elit dan selebritis hidup
berfoya-foya. Tidak sedikit pula muslimah
yang memburu tren mode pakaian padahal tidak sesuai Syariah. Sementara itu anak-anak dibuai dengan
berbagai kesenangan yang bisa mengabaikan harapan masa depannya. Semua itu dan masih banyak lagi kemirisan
lainnya adalah ujian hidup yang menghampiri umat bersamaan dengan datangnya Ramadhan,
bulan yang diberkahi. Harapan atas
kemuliaan Ramadhan ternyata harus bertabur ujian berat. Lantas, harus bagaimanakah kita?
Sabar, demikianlah anjuran yang sering kita dapatkan. Terlebih di bulan mulia ini, kesabaran adalah
kebajikan yang utama. Ramadhan sendiri
disebut syahru shabr (bulan sabar).
Masalahnya, bagaimana menempatkan kesabaran yang dituntut Syariah Islam,
khususnya di bulan Ramadhan ini jika dikaitkan dengan berbagai persoalan yang
membelit umat saat ini?
Perintah Sabar
Allah SWT telah memerintahkan umat Islam untuk bersikap sabar,
diantaranya melalui firman-Nya :
“Wahai orang-orang yang
beriman bersabarlah & jagalah kesabaran kalian.” (TQS. Ali Imran: 200).
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan
sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyu’,” (TQS. Al-Baqarah:45).
Sebagaimana sholat, maka sabar pun hukumnya wajib. Sabar berasal dari kata shobaro – yashbiru. Secara istilah berarti menahan diri dari
apa-apa yang telah ditetapkan Allah SWT.
Dengan makna ini, maka sabar mencakup 3 (tiga) perkara, yaitu (1) sabar dalam menjalankan semua perintah Allah, (2) sabar
dalam menjauhi semua larangan Allah, dan (3) sabar dalam menerima takdir Allah SWT
yang menyenangkan maupun menyakitkan.
Sabar Saat Ramadhan
Sabar adalah kewajiban yang
tidak mengenal batas waktu. Dalam
keadaan sempit maupun lapang, dari Muharrom hingga Dzulhijjah, maka setiap
muslim diperintahkan bersabar. Sebagai
sebuah amal kewajiban, maka pelaksanaan sabar akan mendatangkan pahala yang
berlipat ganda dari Allah SWT ketika dilaksanakan di bulan Ramadhan.
Oleh karena itu, jika pada bulan ini ujian kehidupan justru
bertambah berat, maka menjalani ujian tersebut dengan kesabaran akan memberikan
kebaikan yang luar biasa bagi pelakunya.
Bahkan, seorang muslim bukan saja mendapat bonus pahala dari Allah SWT,
namun juga jaminan akan datangnya pertolongan Allah SWT karena kesabarannya
(QS. Al-Baqarah:45). Inilah yang
menjadikan ujian dan kesabaran di bulan mulia ini begitu istimewa bagi setiap
muslim.
Yang menjadi persoalan, bagaimana bentuk sabar atas ujian yang
Allah berikan pada bulan Ramadhan ini? Berikut
beberapa menifestasinya.
Kesatu, bersabar dalam menjalankan semua perintah
Allah SWT. Berbagai jenis amalan yang
diperintahkan Allah SWT pada bulan mulia ini seharusnya tidak boleh dirasakan berat. Puasa, qiyamul lail, membayar zakat,
membaca al Qur’an, shodaqoh sunnah dan sebagainya adalah beberapa jenis amalan
yang biasa dihidupkan pada Ramadhan.
Meski biasa, namun ada saja muslim yang merasa terpaksa, berat hati,
bahkan tidak ikhlas karena Allah SWT.
Ada pula yang berusaha menghindar dengan berbagai alasan yang tidak
syar’iy. Tentu saja, sikap tersebut
menunjukkan ketidak sabarannya untuk menerima seluruh perintah Allah SWT. Ramadhan seharusnya mendorong setiap muslim
untuk giat bahkan menambah pelaksanaan semua perintah Allah SWT.
Yang termasuk perintah Allah SWT juga adalah amar makruf
nahi munkar, berhukum dengan hukum Allah SWT, berdakwah, jihad, menasihati
penguasa dan sebagainya. Jika pada
Ramadhan tahun ini kaum muslim mendapatkan berbagai ujian seperti penindasan
penguasa atas rakyat Suriah, pergolakan di Mesir, kedholiman pemerintahan SBY
yang menaikkan BBM sehingga berimbas pada berbagai kesulitan, juga berbagai kemaksiyatan
lain, maka kewajiban seluruh muslim pada saat ini adalah bersabar. Maksudnya, mereka harus berani beramar makruf
nahi munkar, memperjuangkan kebenaran dan tegaknya hukum Allah SWT. sebab, berbagai masalah tersebut diakibatkan
oleh pengabaian hukum Allah SWT.
Kedua, bersabar dalam menjauhi larangan Allah SWT. Di samping berbagai perintah, Ramadhan
juga berhias rambu-rambu larangan. Oleh
karena itu, sabarnya seorang muslim bisa berbentuk menahan diri untuk tidak
melanggar larangan Allah SWT. Ia tidak
membatalkan puasa tanpa ada idzin syar’iy, tidak berbuat dholim, tidak
berkhianat atas janji terhadap rakyat, tidak mengizinkan pelaksanaan kontes
Miss World dan sejenisnya, tidak korupsi, tidak menumpahkan darah sesama muslim
tanpa hak, tidak mengumbar auratnya, dan sebagainya. Meski pada Ramadhan kali ini, ujian atas
semua itu amat banyak, namun muslim yang sabar seharusnya mampu menghalau
setiap kesempatan untuk melanggar aturan Allah SWT.
Betapa indahnya Ramadhan jika setiap muslim behias diri
dengan sabar. Mestinya kemaksiyatan pada
bulan ini menurun dan kesempitan yang dialami umat ini berkurang. Apalagi, jika para penguasa (yaitu mereka
yang mengatur urusan umat ini) adalah orang-orang yang sabar, niscaya mereka
akan malu dan takut kepada Allah SWT tatkala mengeluarkan kebijakan yang
mendholimi rakyatnya.
Ketiga, sabar atas takdir Allah SWT. Ketentuan (takdir) Allah SWT atas manusia
bisa berbentuk hal-hal yang menyenangkan, dan ada pula yang tidak
menyenangkan. Maka terhadap ujian yang tidak
menyenangkan, setiap muslim harus menerima dan menyandarkannya kepada Allah
SWT. Ia tidak boleh menolak takdir, atau
berputus asa dari rahmat Allah SWT.
Terhadap ujian yang dirasakan menyenangkan pun ia harus bersabar untuk
terus bersyukur kepada Allah SWT dan tidak melakukan perbuatan yang dimurkai
Allah SWT, misalnya sombong (takabbur), ujub dan sebagainya. Semua tindakan tersebut terkatagori tidak
sabar.
Jika pada Ramadhan ini, umat muslim di Indonesia diuji
dengan harga barang-barang yang melambung, maka mereka harus bersabar untuk
tegar menghadapinya, dengan tetap menyakini bahwa Allah SWT akan menurunkan
rizki-Nya. Ia juga harus bersabar untuk
tidak mengambil jalan pintas yang diharamkan Allah SWT.
Sikap sabar atas
ujian Allah juga harus dibarengi dengan kesabaran untuk senantiasa taat pada
aturan Allah SWT. Artinya, ia bersabar
atas ujian rizki, namun ia juga tegar melaksanakan kewajiban amar makruf nahi
munkar kepada penguasa yang bertanggung jawab atas urusan umat tersebut.
Demikianlah ujian dan bentuk kesabaran yang harus dimiliki
setiap muslim. Dari sini, nampaklah pula
bahwa sebenarnya kesabaran kaum muslim saat ini pun tengah diuji. Meski demikian, selayaknya Ramadhan memberikan
spirit kepada kaum muslim untuk terus berjuang dengan kesabaran yang
tinggi. Sebab, sabar menjanjikan jalan
keluar bagi semua persoalan manusia.
Sabar dan Berjuang
Salah satu bentuk sikap sabar atas segala ujian kehidupan
saat ini adalah berjuang agar keluar dari himpitan persoalan. Oleh karenanya, jika umat saat ini tengah
dililit oleh persoalan akibat kacaunya tata kelola negara maka manifestasi sabar
atas ujian tersebut adalah berjuang untuk mengembalikan pengelolaan negara dan
pengaturan urusan rakyat kepada Islam.
Sebab, sabar bukan pasrah, atau menerima saja namun juga berusaha untuk
selalu berada di atas ketaatan kepada Allah SWT.
Jika mengatur negara dan urusan rakyat dengan aturan Islam
adalah sebuah kewajiban dari Allah SWT, maka berjuang untuk menjadikan
kewajiban itu terlaksana adalah sebuah bentuk kesabaran. Allah SWT memerintahkan kepada kaum muslim
untuk mengatur semua urusannya dengan hukum-hukum Allah SWT sebagaimana firman-Nya
(yang artinya) :
“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka
menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka. dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah kepadamu. jika
mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah)...” (TQS. Al
Maidah [5]: 49).
Allah SWT juga memerintahkan agar kaum muslim berusaha
keluar dari semua persoalannya dan tidak berpasrah menunggu datangnya perubahan
atas kondisi mereka. Allah SWT menyatakan
:
“...Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu
kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri...” (TQS. Ar Ra’du [13]: 11).
Semua ayat-ayat tersebut tersebut mengindikasikan perintah
untuk melakukan aktivitas perubahan ke arah yang lebih baik yaitu kepada
ketaatan kepada Allah SWT, berhukum kepada hukum Allah SWT, atau dengan kata
lain mengembalikan pengelolaan negara dan urusan umat kepada hukum Syariah.
Dengan demikian, perjuangan yang dilakukan oleh seluruh kaum
muslim dalam mengembalikan hukum syariah Islam sebagai sumber hukum bagi
pengaturan urusan umat hakikatnya adalah bentuk kesabaran yang diperintahkan
Allah SWT. Sebab, hanya aktivitas itulah
yang bisa menghilangkan kemunkaran sekaligus menunjukkan ketaatan kita
kepada-Nya. Sebaliknya, sikap menyerah
apalagi kompromi kepada kemunkaran adalah bentuk pengingkaran terhadap
kewajiban sabar.
Oleh karena itu, menghiasi Ramadhan dengan perjuangan
menegakkan hukum-hukum Allah SWT adalah keutamaan bagi muslim. Sebab, semua itu adalah manifestasi kewajiban
sabar yang akan memberikan kebaikan tidak hanya bagi pelakunya, namun juga
seluruh umat. Jika Allah SWT berkehendak
menolong umat Islam dengan kesabaran mereka, maka adakah persoalan lain yang
dinanti? Sungguh, kita semua menantikan pertolongan-Nya.
Penutup
Ramadhan sebagai syahru shabr (bulan sabar) telah
mengajarkan agar setiap muslim senantiasa terikat dengan seluruh ketentuan
Allah SWT sebagai bentuk kesabaran yang diperintahkan. Kita juga harus bersabar atas janji Allah SWT
yang akan mendatangkan pertolongan-Nya.
Maka, dengan Ramadhan semoga seluruh kaum muslim senantiasa istiqomah
berdiri atas di jalan kebenaran, memperjuangkan kebenaran dan bersabar atas
kebenaran tersebut. Aamiin ya Robbal
‘alamiin. [] Noor Afeefa
Komentar
Posting Komentar